Baca Juga
Jika kita perhatikan, fungsi media sosial kini tidak lagi seperti awal ia dibuat. Dulu, Mark Zuckerberg, membuat facebook bertujuan untuk menjalin silaturahmi antar kawan lama yang sudah tidak lagi bertemu.
Awalnya memang media sosial seperti facebook dibuat untuk menjadi medium pemererat hubungan sosial dimana manusia modern jarang memiliki waktu untuk bertemu langsung, san facebooklah yang memfasilitasi hubungan sosial tersebut agar tidak pudar.
Namun seiring berjalannya waktu, media sosial kini justru menjadi alat pemecah pertemanan, munculnya perselisihan, bahkan dalam skala besar bisa menimbulkan konflik antar masyarakat.
Ada berbagai faktor yang menjadikan media sosial kini tidak seramah dulu. Yakni maraknya berita hoax, dan kecenderungan orang lebih suka berdebat di media sosial dibandingkan bersilaturhami. Bahkan, untuk pengguna twitter, ada istilah twitwar untuk menggambarkan berdebatan di twitter.
Mengenai alasan kenapa orang gemar berdebat di media sosial, berikut ini ada beberapa faktor yang membuat orang doyan melakukan hal sia-sia tersebut.
Dia merupakan sosok yang mencari perhatian atau popularitas
Alasan pertama kenapa orang gemar melakukan debat di media sosial, ialah karena dia sebenarnya kekurangan perhatian dari lingkungan sekitarnya. Biasanya, orang gemar berdebat di media sosial merupakan sosok yang kesepian dan butuh teman untuk berdiskusi secara langsung.
Melakukan perdebatan di media sosial mereka anggap bisa meningkatkan popularitas secara mudah. Sebab, berstatment di medsos diyakini lebih luas menyebar ke semua orang.
Mereka hanya mencari kepuasan emoisonal, bukan kepuasan intelektual
Benar, jika orang cerdas bisa berdebat dimanapun, termasuk di media sosial. Namun tidak semua orang yang berdebat di media sosial orang cerdas. Justru sebenarnya mereka tidak begitu mengandalkan kecerdasan saat berdebat di media sosial, melainkan mengedepankan emosional.
Orang cerdas tentu tahu, medsos bukanlah media untuk berdebat. Meskipun media sosial bisa untuk berkomunikasi, namun perangkat ini memiliki kelemahan yang tidak bisa dijadikan medium untuk berdebat. Sehingga, saat berdebat bukan kepuasan intelektual yang dihasilkan, melainkan kepuasan emosional.
Mereka menjadi buzzer bayaran
Pernah mendengar istilah buzzer? Bagi pengguna media sosial yang kerap mengikuti akun-akun anonim berbau politik tentu tidak asing dengan istilah ini. Buzzer merupakan akun yang bekerja di media sosial untuk menciptakan isu yang bertujuan menggiring opini publik.
Pekerjaan mereka ialah menyebarkan informasi, baik fakta maupun hoax kepada pengguna media sosial lainnya, untuk tujuan tertentu. Mereka biasanya yang merajai perdebatan di media sosial. Sebab, untuk mempertahankan kebenaran informasi yang ia sebar, ia harus pandai berargumen dengan melakukan berbagai cara, termasuk memberikan data palsu atau hoax.

Foto : Menjadi buzzer bayaran (ibtimes.co.uk)