Template ini gratis jika anda ingin mendapatkannya unduh disini Download Now!

BERDIRINYA CANDI BAJANG RATU

Please wait 0 seconds...
Scroll Down and click on Go to Link for destination
Congrats! Link is Generated

 

Baca Juga

Pada jaman dahulu ada seorang Raja Majapahit bernama Prabu Jayanegara. Dia adalah raja kedua yang menggantikan ayahnya, Prabu Sanggramawijaya. Jayanegara juga dikenal dengan nama Kala Gemet yang diketahui memerintah secara tangan besi. Para sahabat ayahnya banyak yang disingkirkan sehingga sering terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang yang dulu membantu mendirikan kerajaan tersebut.

Karena perilakunya itulah banyak orang yang tidak senang. Beberapa diantaranya melakukan perlawanan. Tidak sedikit juga yang berusaha membunuhnya dengan berbagai cara.
Dengan kondisi semacam itu maka Jayanegara maka Jayanegara ingin mengamankan dirinya karena pemberontakan dan para pembina h bisa terjadi setiap saat. Maka istananya harus terlindungi dengan baik. Tidak cukup dengan pasukan pengawal yang menjaga ketat istana, dia butuhkan pengaman lainnya. Agar tidak semua orang bisa mendekat ke istana maka perlu dibuatkan pagar yang kuat mengelilingi istananya.
Untuk membuat pagar tersebut maka dipanggillah seorang desainer yang bernama Sungging Purbangkara. Sungging Purbangkara sudah kondang seantero kerajaan sebagai ahli perancang bangunan yang memiliki cita rasa seni tinggi.
"Mohon ampun, paduka. Ada apakah saya dipamggil ke Istana ?", tanya Sungging Purbangkara seraya menghaturkan sembah.
"Aku memanggilmu karena aku ingin membuat pagar yang kuat di istanaku", ujar Jayanegara.
"Sendiko dawuh, paduka. Pagar bagaimana yang paduka inginkan ?", kata Sungging Purbangkara melanjutkan. Dia tanyakan itu agar nantinya tidak salah membuat pagar tersebut.
"Buatkan pagar yang kuat dan tinggi hingga tidak semua orang bisa menembus dan melihat dalam istanaku. Dan jangan lupa buatkan juga gapura yang indah sebagai pintu masuknya", titah Jayanegara.
Dengan perintah itu Sungging Purbangkara segera bekerja. Dia menggambar detail pagar beserta gapura yang diinginkan rajanya. Bangunan itu menggunakan bahan batu bata atau terakota. Material batu bata memang menjadi salah satu bahan yang dikenal sebagai ciri khas Majapahit.
Dalam masa pembangunan tersebut, Prabu Jayanegara sedang berbunga hatinya. Permaisurinya sedang hamil tua dan diperkirakan jabang bayi yang akan lahir berjenis kelamin laki-laki. Anak laki-laki yang kelak akan menjadi putra mahkota. Semua Raja jelas memginginkan keturunan yang bisa meneruskan jejaknya. Jika tidak ada keturunan laki-laki maka tahta yang ditinggalkan bakal jadi rebutan.
Sayangnya harapan Prabu Jayanegara tidak terpenuhi. Jabang bayi yang bakal meneruskan pemerintahannya tidak memiliki usia. Bayi laki-laki itu meninggal saat dia dilahirkan. Dan bunga di hatinya pun layu sudah.
Meski dalam kesedihan, Prabu Jayanegara tetap ingin memberi tempat yang layak buat jabang bayi tersebut. Seperti para raja yang pernah berkuasa saat meninggal akan dibuatkan sebuah candi sebagai tempat pendarmaan. Pada candi tersebut disimpan abu orang yang didarmakan.
Tidak lama setelah jenazah putranya dikremasi, Jayanegara memanggil Sungging Purbangkara. Panggilan yang membuat Sungging Purbangkara bertanya-tanya, ada apa geramgan hingga dia diperintah menghadap ke istana. Apakah ada kesalahan dari pembangunan yang sedang dia lakukan ?.
"Tidak ada yang salah denganmu. Saya memanggilmu karena ingin mendarmakan putraku", tutur Jayanegara.
"Hamba siap membuatkan candi untuk mendarmakan putra paduka. Dimana tempat yang paduka inginkan", tanya Sungging Purbangkara.
Jayanegara menghela nafas sejenak, "aku ingin pendarmaan itu dibuat tidak jauh dari istana ini. Aku ingin selalu dekat dengannya", ucapnya dengan muka sedih.
"Aku lihat gapura yang kamu buat itu cukup indah. Darmakan putraku di gapura itu", ungkap Jayanegara.
Sungging Purbangkara jelas tidak bisa menolak keinginan rajanya. Meski dalam hati dia tidak begitu setuju. "Akan saya laksanakan, paduka. Tetapi maaf, semua tempat pendarmaan tentu memiliki nama", kata Sungging Purbangkara.
"Gapura istana yang juga sebagai pendarmaan putraku itu namakan Bajang Ratu. Agar semua orang tahu jika putraku adalah raja yang tidak sempat bertahta", tegas Jayanegara.
Setelah anaknya meninggal itu, Jayanegara tidak pernah diberi anak laki-laki. Dia sudah berupaya menikahi banyak perempuan demi mendapatkan keturunan yang bisa melanjutkan tahtanya. Namun semua istri yang melahirkan anaknya selalu lahir bayi perempuan.
Begitulah dongeng yang sempat saya dengar dari orang tua pada masa lalu. Dongeng tentang pendirian sebuah Candi yang masih bisa disaksikan hingga kini. Mungkin karena tempat penyimpanan abu orang yang gagal jadi raja, Gapura Bajang Ratu menyimpan mitos bagi orang yang berani melintasinya. Dipercayai bahwa siapa yang melintasi melalui pintu itu akan mendapatkan musibah atas jabatannya.

Posting Komentar

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.